Selamatkan Perusahaan Incumbent!
Akademi Trainer .Mengejutkan sekali, perusahaan incumbent seperti Matahari, Hypermart, Blue Bird mulai tak berdaya menghadapi pendatang baru seperti Lazada, Buka Lapak, dan bisnis transformasi yang berbasis online. Menurut data yang berkembang, daya belinya turun sangat tragis. Berdasarkan data dari September 2015 hingga September 2016, Blue Bird, hanya meraih laba bersih sebesar 629,1 miliar rupiah menjadi 360,8 miliar rupiah (turun 42,3%). Senasib dengan seniornya, Taksi Express mengalami kerugian bersih sebesar 81,8 miliar. Sebelumnya sukses meraup untung 11,8 miliar.
Bahkan ada kabar mengejutkan lagi datang dari Tech Crunch pada Juni 2016. Ia melaporkan bahwa nilai valuasi GO-JEK sebesar 1,3 miliar dolar AS (17 triliun rupiah dan Grab sebesar 1,6 miliar dolar AS (20 triliun rupiah). Sementara para pendahulu keduanya, Garuda Indonesia hanya dihargai 12,3 miliar rupiah. Secara historis, perusahaan pesawat ini sudah berdiri sejak 1947 dan mengoperasikan 197 pesawat. Blue Bird lebih sakit lagi, armadanya sekitar 27 ribu taksi, ribuan taksi eksekutif, dan limosin hanya dinilai 9,8 triliun rupiah. GO-JEK sebagai pendatang baru, kita sangat ketahui tak punya armada sama sekali, tetapi bermitra dengan 200 ribu pengendara kendaraan saja.
Konflik ini memicu driver konvensional dan pebisnis incumbent protes dengan kehadiran musuh yang tak kelihatan ini. Banyak perusahaan yang gulung tikar akibat serangan yang disebut Rhenald Kasali sebagai disruption. Sebuah inovasi yang mengancam para incumbent yang tak mau me-reshape cara lama dengan cara yang kekinian. Sebagaimana yang dikatakan Clayton Christensen, “Disruption menggantikan ‘pasar lama’, industri, dan teknologi; dan mengahasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia bersifat destruktif dan creative!”
Di antara para incumbent yang bertahan, salah satunya adalah PT Telkom lndonesia yang menjadi perusahaan terkaya di Indonesia. Karena para petinggi lamanya memisahkan izin usaha. Di mana anak perusahaannya PT Telkomsel dikelola orang-orang masa kini. Berkat strateginya tersebut, perusahaan BUMN ini meraup keuntungan bersih sebesar 21,44 triliun pada tahun 2014, berada di posisi dua di bawah BRI.Sekadar Anda catat, 90% keuntungannya dari usaha di bidang telepon selular.
Tentu saja, Anda tak ingin perusahaan senasib dengan incumbent yang mundur. Oleh karenanya ada teori Five Approaches to Clonflict Resolution yang bisa jadi solusi agar keluar dari masalah baru di dunia usaha masa kini. Pendekatannya mengukur dimensi antara kerja sama atau tidak, dan tegas atau tidak. Sehingga menjadi 5 macam pendekatan: acommodating, avoiding, collaborating, comprosing, dan competing.
Pendekatan collaborating jadi pendekatan yang paling menguntungkan. Sifatnya yang win-win solution jadi tidak memicu konflik jadi lebih besar. Hal inilah yang dilakukan PT Telkom dalam menjaga kreadibilitas bisnisnya tetap eksis di era digital. Namun, ada satu yang tak boleh dilupakan. Di balik kesuksesan PT Telkom Indonesia yang membuat anak perusahaan PT Telkomsel, ada jerih payah proses bertukar pikiran, lobbying, dan pengambilan keputusan yang panjang. Jarang publik mendengar bagaimana prosesnya yang sangat riskan dan penuh pertentangan.
Di atas semuanya itu, skill komunikasi yang sistematis dan berpengaruh yang jadi penentu utama agar pendekatan collaboration bisa terwujud. Bukan hanya butuh disrupted mindset saja, namun jua disrupted communication yang mampu mendobrak mental block para pengusaha veteran agar mau mengembangkan usaha sesuai dengan zamannya.
Coba bayangkan, bagaimana jika Anda adalah dalang di balik perubahan yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Berkat kemampuan communication dan presentasi Anda yang memukau bisa menyelesaikan konflik secara win-win solution.